Perdana Menteri Korea Selatan Han Deok-soo mengatakan pada hari Selasa bahwa kejahatan yang melibatkan materi pornografi palsu harus diperlakukan sama dengan kejahatan narkoba.
Pernyataan Han tersebut disampaikan dalam wawancaranya dengan wartawan setelah diketahui banyak ruang obrolan yang diduga menggunakan foto perempuan biasa dan remaja untuk membuat dan menyebarkan konten pornografi.
“Saya pikir negara harus menindak narkoba sama kerasnya dengan kita menindak narkoba,” katanya dalam pertemuan di rumah dinasnya.
“Jika legislasi diperlukan, kita harus berkonsultasi dengan Kongres untuk mendorong legislasi. Dalam permasalahan seperti ini, pendidikan juga harus berjalan seiring dengan hukuman,” katanya.
Han juga membenarkan laporan bahwa Han Dong-hoon, perwakilan Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang berkuasa, mengusulkan penundaan peningkatan kuota sekolah kedokteran pada tahun 2026 pada pertemuan pejabat senior pemerintah dan partai berkuasa pada hari Minggu.
“Ketua Han mengatakan kepada saya bahwa menurutnya masalah ini akan lebih mudah diselesaikan jika kita menunda kenaikan biaya hingga tahun 2026,” kata perdana menteri, mengacu pada kebuntuan yang sedang berlangsung antara pemerintah dan komunitas medis mengenai rencana reformasi layanan kesehatan negaranya. “Saya bilang ke dia, karena itu persoalan yang memerlukan banyak pertimbangan, maka kita akan lihat. Lalu saya bilang ke otoritas terkait untuk mengkaji ulang.”
Perdana menteri mengatakan usulan ketua PPP telah ditinjau oleh Cheong Wa Dae tetapi “pemerintah berpendapat hal itu akan sedikit sulit”.
Pemerintah saat ini berencana untuk meningkatkan penerimaan sekolah kedokteran sebanyak 2.000 tempat setiap tahun selama lima tahun ke depan untuk mengatasi kekurangan dokter, namun karena protes keras dari kelompok dokter, kuota untuk tahun depan telah disesuaikan menjadi 1.509.
Ribuan dokter yang masih dalam tahap pelatihan telah kehilangan pekerjaan sejak bulan Februari sebagai bentuk protes terhadap rencana pemerintah, sementara Persatuan Perawat dan Pekerja Medis Nasional mengancam akan melakukan pemogokan pada hari Kamis untuk menuntut kondisi kerja yang lebih baik di tengah tekanan berat akibat kebuntuan yang telah berlangsung lama.
Perdana Menteri Korea Selatan menegaskan kembali posisi pemerintahnya yang bersedia membahas kuota 2026 jika komunitas medis dapat memberikan “pendapat ilmiah dan terpadu.” (Kantor Berita Yonhap)